JAKARTA, KOMPAS.com - Sektor telekomunikasi merupakan penyumbang terbesar defisit neraca perdagangan Indonesia. Menurut Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, Kalamullah Ramli, tingginya impor perangkat elektronik menjadi salah satu penyebabnya.
"Di tahun 2013 lalu, Indonesia setidaknya telah mengimpor sebanyak 15 ton ponsel yang nilainya mencapai 2,6 miliar dollar AS," sebut Ramli di sela-sela diskusi Indo Telko Forum, Selasa (18/3/2014).
Angka setara Rp 29 triliun tersebut sekitar seperempat dari defisit neraca perdagangan Indonesia, yaitu sebesar 8 miliar dollar AS.
Besarnya andil sektor telekomunikasi tersebut menurut Ramli disebabkan karena tingginya angka impor produk telekomunikasi dari hulu ke hilir, mulai dari impor ponsel terbaru untuk konsumen hingga infrastruktur jaringan yang dilakukan oleh para operator untuk ekspansi layanan.
Sementara di kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang ICT, Didi Suwondo mengatakan bahwa ke depannya, untuk memperkecil angka defisit dari sektor TI, Kadin memiliki strategi jangka panjang dan jangka pendek.
"Jangka pendeknya kami akan melakukan tindakan pencegahan, sementara untuk jangka panjangnya adalah dengan membangun dan meningkatkan pendapatan," terang Didi.
Saat ini Indonesia memang seolah menjadi pasar bagi vendor-vendor elektronik. Ke depannya, Kementerian Kominfo mengupayakan agar Indonesia juga bisa menjadi tempat bagi para produsen elektronik berinvestasi. "Sehingga kita bisa mengurangi ketergantungan impor," demikian ujar Didi.
Diakui Didi, untuk mendatangkan pemodal asing berinvestasi ke Indonesia juga bukan hal yang mudah. "Saya pernah membicarakan hal ini dengan salah satu produsen notebookTaiwan, mereka bilang saat ini apa yang bisa didapatkan dari Indonesia? Selain itu, daftar permintaan yang mereka ajukan pun panjang," terang Didi.
Foxconn, salah satu pabrik perakit smartphone yang dikabarkan akan segera membangun pabriknbya di Indonesia, disebut Didi juga melalui proses yang tak mudah. "Karena itu butuh dukungan pemerintah, seperti memberikan insentif seperti tax holidayatau dukungan komponen lainnya," jelasnya.
Walau menurut Didi di mata vendor-vendor besar TI dunia Indonesia dianggap belum memiliki basis industri telekomunikasi yang belum cukup, namun hal itu tidak menyurutkan Kadin untuk membujuk lebih banyak lagi vendor TI untuk berinvestasi ke Indonesia.